Terumbu Karang Penyelamat Hidupku

Kamis, 04 November 2010

Indonesia adalah negara kepulauan dengan jumlah pulau kurang lebih 17.508 yang dianugerahi pula dengan kekayaan sumber daya alam yang melimpah ruah, salah satunya terumbu karang. Ya, Indonesia memiliki keindahan alam bawah laut yang menawan nan eksotis. Keindahan tersebut hampir terdapat diseluruh perairan di Indonesia. Secara tidak langsung, hal tersebut merupakan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dapat dijadikan sebagai aset negara dan memiliki potensial di bidang ekonomi yang tinggi. Namun, sangat disayangkan, keindahan tersebut kini telah berkurang sebanyak 70%. Dengan kata lain, saat ini kondisi terumbu karang di Indonesia mengalami kerusakan sebesar 70%. Setelah kerusakan ini, masihkah kita bisa menikmati pesona eksotis terumbu karang tersebut? Jawabannya bisa iya, bisa tidak.
          Kita juga pasti telah mengetahui bahwa laut Indonesia memiliki keragaman jenis terumbu karang terbesar di dunia, yaitu ±85.000 Ha. Namun, seiring berjalannya waktu, keberagaman jenis terumbu karang tersebut semakin berkurang. Kerusakan yang mencapai 70% tersebut tidak lain dan tidak bukan merupakan akibat dari perbuatan manusia yang tidak bertanggung jawab. Mereka tidak perduli dengan alam. Mereka mengeksploitasi alam semau hati mereka dan tidak melakukan perbaikan kembali. Contoh dari kegiatan eksploitasi alam yang tidak bertanggung jawab tersebut yaitu destructive fishing, yaitu penangkapan ikan dengan cara yang tidak benar, seperti menggunakan bom, racun sianida, bubu, dan lain-lain. Selain itu, tindakan membuang jangkar di atas karang, mengambil terumbu karang untuk djadikan pondasi rumah dan souvenir dapat juga merusak terumbu karang. Sangat menyedihkan. Padahal, terumbu karang merupakan makhluk hidup yang patut kita jaga dan kita lestarikan. Layaknya seorang manusia yang ingin dihargai dan dihormati, tentunya menjadi sesuatu yang wajib pula bagi manusia tersebut untuk menghargai makhluk hidup di sekitar mereka. Yang jadi pertanyaan, apakah manusia sudah melakukan kewajiban itu?
          Ada satu fenomena yang dapat kita jadikan pelajaran berharga. Fenomena ini terjadi di Pulau Saponda Darat, Sulawesi Tenggara. Ya, Pulau Saponda Darat merupakan salah satu pulau yang berada di kawasan teluk luar Kendari. Jika ingin kesana, kita dapat menggunakan kapal kayu mesin 24 PK dengan jarak tempuh kurang lebih 3 jam. Pulau Saponda Darat merupakan satu pulau kecil di Sulawesi Tenggara yang mengalami kerusakan terumbu karang cukup parah. Ketika pertama kali kita mendengar atau membaca kata “kerusakan” tersebut, tentunya yang terlintas dipikiran kita adalah “Itu karena kesalahan mereka, mereka yang merusak daerah mereka sendiri, jadi mereka yang harus kita salahkan”. Itu memang bukan suatu yang salah, itu juga bukan sesuatu yang harus ditutupi. Tetapi, perlu kita ketahui bahwa para nelayan tersebut melakukan perusakan atau melakukan penangkapan ikan dengan cara yang merusak karena tuntutan perut. Kita pasti sudah bisa menangkap maksud dari tuntutan perut tersebut. Sebenarnya, mereka sudah tahu bahwa menangkap ikan dengan menggunakan bom itu dapat merusak terumbu karang, mungkin sekarang dampaknya belum terlalu dirasakan, tetapi untuk kedepan mendapatkan ikan yang sangat kecil pun akan menjadi sangat sukar. Tetapi kembali lagi kepada persoalan perut. Mereka melakukan itu karena mereka harus membayar hutang kepada haji-haji yang membeli ikan hasil penangkapan mereka. Mereka berhutang tentunya untuk membeli beras dan memenuhi kebutuhan mereka. Ketika mereka sudah berhutang, haji-haji itu akan berpolitik ria dengan menyuruh mereka membayar hutang mereka dengan menggunakan hasil tangkapan ikan, yang lalu hasil tangkapan ikan tersebut akan dibeli dengan harga yang murah, dan tentunya nelayan tersebut yang akan rugi dan hutang mereka juga tidak menjadi lunas. Setelah itu, nelayan tersebut akan semakin terdesak untuk melakukan penangkapan ikan dengan cara yang merusak untuk memenuhi kehidupan mereka.
          Apa yang dapat kita tangkap dari fenomena di atas? Langsung saja kita tarik kesimpulan. Dari fenomena di atas yang jadi permasalahan adalah lingkungan dan ekonomi. Dan hal tersebut merupakan suatu bumerang bagi kita, khususnya bagi masyarakat yang menjadikan laut sebagai sumber pemenuhan kehidupan. Oleh karena itu, tentunya kita membutuhkan penyeimbangan antara konservasi dan ekonomi.
            Ya, dengan keragaman terumbu karang, Indonesia bisa menjadi Negara yang maju, khususnya di bidang kelautan. Indonesia bisa menjadi negara wisata bahari terbesar di dunia. Begitu banyak pulau yang dapat dijadikan tempat pengembangan ekowisata bahari, dan dengan itu tentunya dapat meningkatkan pula perekonomian masyarakat pesisir Indonesia, sehingga kerusakan terumbu karang yang disebabkan oleh destructive fishing oleh para nelayan dapat di kurangi dan terciptalah keseimbangan konservasi dan ekonomi. Apabila keseimbangan konservasi dan ekonomi telah tercipta, maka tingkat kesejaheraan masyarakat Indonesia dapat meningkat. And the last, kita harus berterimakasih kepada terumbu karang yang telah menjadi penyelamat kehidupan kita.

0 komentar:

Posting Komentar